Senin, 07 Februari 2011

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DITINJAU DARI PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU

Oleh : Muhsyanur

BAB I
PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG
Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama penghuni Surga dan hidup ditengah-tengah populasi masyarakat dan jin yang memang sudah diciptakan sebelumnya. Sebagai penghuni Surga, Adam telah diberikan oleh Allah Inayah yang luar biasa besarnya sehingga segala kebutuhan yang diinginkan Adam sudah tersedia. Saat Adam diturungkan Allah ke bumi dan menjadi Khalifah pertama diatas permukaan bumi, sejarah peradaban manusia telah dimulai. Adam sebagai Bapak manusia pertama telah mulai mengenal pengetahuan, walaupun masih didampingi para malaikat.
Kita mengetahui perjalanan sejarah ilmu pengetahuan modern yang kita ketahui sekarang masih sangat terbatas. Karena itu, sangat sulit bagi ilmu untuk mengungkapkan kondisinya sendiri dalam beribu tahun sebelumnya. Kesulitan ini dapat dibantu melalui pendekatan sejarah atau agama. Jika hal ini digunakan, maka kita dengan mudah mendapatkan informasi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak manusia pertama (Adam) diciptakan. Bukankah perintah Allah seperti berikut menunjukkan keadaan tersebut?
” Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ’ Sebutkan kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.” Mereka menjawab: ” Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana ”. (QS 2:311-32)
Dari surat tersebut ada dua hal yang perlu dicatat. Pertama, bahwa manusia mempunyai ilmu yang lebih luas dibandingkan dengan malaikat. Kedua Adam, sebagai bapak manusia, benar-benar sudah mengetahui bentuk segala sesuatu pada waktu hidupnya sampai keturunan berakhir.
Bentuk ilmu yang dimiliki oleh Adam belum menjelaskan secara rinci bagaimana bentuk dan penggunaannya. Bentuk yang lebih operasional dikembangkan oleh Nuhdalam bentuk Teknologi perahu yang sama dengan supertangker atau kapal induk pada masa sekarang.
” Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu ; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan ”. (QS 11:37)
Dari ayat ini sangat jelas menerankan bahwa Allah secara langsung ikut campur tangan dalam perkembangan teknologi. Jadi mungkin ini sebabnya setelah peristiwa tersebut (yang bersifat kondisional), Nuh belum mengembangkan dan mentransfer teknologi yang dianggap spektakuler menurut sejarah dan agama. Pada waktu itu, teknologi satelit mata-mata sudah ada dan disebut hud-hud. Dia bisa mengirim berita dari wilayah keuasaannya, memanfaatkan teknologi angkutan yang canggih yang mampu membawa berita dari jarak ribuan kilometer dalam waktu kurang dari satu detik.
Dari contoh yang telah disebutkan di atas, muncul pertanyaan, jika kondisi ini benar, mengapa ilmu pengetahuan yang demikian maju tidak sampai kegenerasi kita? Seharusnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita miliki sekarang sudah bergerak beberapa abad didepan kita.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam Karya Tulis ini adalah :
1. Bagaimana gambaran manusia pertama mulai mengenal ilmu pengetahuan.
2. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan sejak manusia pertama.
3. Bagaimana terbentuknya ilmu pengetahuan dan teknologi dimasa para utusan Allah.
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka yang menjadi tujuan dalam Karya Tulis ini adalah :
1. Untuk memahami gambaran manusia pertama mulai mengenal ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan sejak adanya manusia pertama.
3. Untuk mengetahui terbentuknya ilmu pengetahuan dan teknologi dimasa para utusan Allah.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dalam tulisan ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pembaca.
2. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan wawasan yang luas tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Sebagai bahan tambahan pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


BAB II
PEMBAHASAN


I. BAGAIMANA GAMBARAN MANUSIA PERTAMA MULAI MENGENAL ILMU PENGETAHUAN

1. Ilmu

Ilmu adalah pengetahuan yang diterapkan dalam proses konsepsionalisasi dan operasionalisasi. Ilmu barulah tahap dimana abstraksi pengetahuan manusia diterapkan tanpa melalui proses observasi dan pengujian hipotesis.
Dari Manakah Ilmu Dimulai ?
Permulaan Ilmu dapat disusuri sampai pada permulaan manusia. Ketika Allah mengutus Nabi Adam turun kebumi. Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya.
Dan ketika Nabi Nuh mengembangkan dalam bentuk teknologi perahu yang sama dengan Supertangker atau Kapal Induk pada masa sekarang.
Dan selanjutnya sejak awal kehadirannya Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ........ Sebagaimana sudah di ketahui bahwa Nabi Muhammad saw, ketika diutus oleh Allah sebagai Rasul hidup dalam masyarakat yang terbelakang, dimana ........... tumbuh menjadi sebuah identitas yang melekat pada masyarakat Arab masa itu. Kemudian Islam datang menawarkan Cahaya Penerang yang mengubah masyarakat Arab Jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan beradab.
Ketika Rasulullah Saw. Menerima wahyu pertama yang mula-mula diperintahkan kepadanya ”Membaca”. Jibril memerintahkan Muhammad dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan Wahyu pertama itu menghendaki umat islam untuk senantiasa ”Membaca” dengan dilandasi Bismi Rabbik, dalam arti hasil bacaan itu nantinya dapat bermanfaat untuk kemanusiaan.
Permulaan ilmu dapat disusuri pada permulaan manusia antara lain aliran.
- Aliran Romantis mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara ilmu dan seni. Keduanya bertumpu pada proses kreativitas dan dimulai dengan imajinasi dan intuisi.
- Aliran Rasional mengatakan proses ilmu dimulai dari data. Kumpulan sejumlah fakta, cari hubungan-hubungan dan simpulkan dalam bentuk teori.
- Aliran Hipotetico – Deduktif mengatakan bahwa ilmu dikembangkan secara induktif. Ilmu dimulai dari serangkaian aksioma yang berasal dari berbagai sumber.
Ini berarti bahwa ilmu pengetahuan itu melewati tiga tahap, yakni Konseptualisasi, Operasionalisasi, dan Observasi.
Pada dasarnya setiap ilmu memiliki dua macam objek yaitu objek Material dan Objek Formal.
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan. Seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut. Jadi ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja. Objek Ilmu terkait dengan Filsafat pada objek empiris disamping itu secara historis ilmu berasal dari kajian Filsafat. Setelah berjalan beberapa kajian yang terkait dengan hal yang empiris yang semakin bercabang dan berkembang sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis.
Ciri-ciri utama Ilmu menurut terminologi antara lain :
- Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris sistematis dapat diukur dan dibuktikan.
- Ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke Objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.
- Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalam dirinya sendiri. Hipotesis-hipotesis dan teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
- Ilmu dalam pengetahuan ilmiah adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
- Ciri hakiki ilmu ialah metode logis sebab kaitan logis yang dicari ilmu yang telah dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah.
- Kesatuan setiap ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.

Definisi Ilmu menurut para ahli :

- Muhammad Hatta.
Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya dan kedudukannya.
- Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag
Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
- Karl Pearson
Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensip dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
- Ashley Montagu, guru besar Antropolog di Ratgers University
Ilmu adalah Pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang berasal dari pengamatan, Studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang dikaji.
- Harsojo, Guru Besar Antropolog di Universitas Pajajaran, Ilmu adalah:
1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.
2. Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris (dapat diamati oleh panca indra manusia).
3. Suatu cara menganalisis yang mengisinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi.
- Afansyef (Rusia)
Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran.
- Mulyadhi Kartanegara berpendapat bahwa objek ilmu tidak mesti selalu empiris bahkan yang tidak empiris lebih luas dan dalam dibandingkan dengan yang empiris.

b. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge atau ilmu )adalah bagian yang esensial- aksiden manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir ". Berpikir ( atau natiqiyyah) adalah sebagai differentia ( atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya,yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan " barangkali " keunggulannya dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin diketahui oleh manusia ? Bagaimana manusia berpengetahuan ? Apa yang ia lakukan dan dengan apa agar memiliki pengetahuan ? Kemudian apakah yang ia ketahui itu benar ? Dan apa yang mejadi tolak ukur kebenaran ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali karena pertanyaan-pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk ke alam realita. Namun ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia (world view), sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi. Dan itulah realita dari kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam sudut pandang dan ideologi.
Atas dasar itu, manusia -paling tidak yang menganggap penting masalah-masalah diatas- perlu membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini, ilmu tidak lagi menjadi satu aktivitas otak, yaitu menerima, merekam, dan mengolah apa yang ada dalam benak, tetapi ia menjadi objek.
Para pemikir menyebut ilmu tentang ilmu ini dengan epistemologi (teori pengetahuan atau nadzariyyah al ma'rifah).
Epistemologi menjadi sebuah kajian, sebenarnya, belum terlalu lama, yaitu sejak tiga abad yang lalu dan berkembang di dunia barat. Sementara di dunia Islam kajian tentang ini sebagai sebuah ilmu tersendiri belum populer. Belakangan beberapa pemikir dan filusuf Islam menuliskan buku tentang epistemologi secara khusus seperti, Mutahhari dengan bukunya "Syinakht", Muhammad Baqir Shadr dengan "Falsafatuna"-nya, Jawad Amuli dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"-nya dan Ja'far Subhani dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"-nya. Sebelumnya, pembahasan tentang epistemologi di bahas di sela-sela buku-buku filsafat klasik dan mantiq. Mereka -barat- sangat menaruh perhatian yang besar terhadap kajian ini, karena situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Dunia barat (baca: Eropa) mengalami ledakan kebebasan berekspresi dalam segala hal yang sangat besar dan hebat yang merubah cara berpikir mereka. Mereka telah bebas dari trauma intelektual. Adalah Renaissance yang paling berjasa bagi mereka dalam menutup abad kegelapan Eropa yang panjang dan membuka lembaran sejarah mereka yang baru. Supremasi dan dominasi gereja atas ilmu pengetahuan telah hancur. Sebagai akibat dari runtuhnya gereja yang memandang dunia dangan pandangan yang apriori atas nama Tuhan dan agama, mereka mencoba mencari alternatif lain dalam memandang dunia (baca: realita). Maka dari itu, bemunculan berbagai aliran pemikiran yang bergantian dan tidak sedikit yang kontradiktif. Namun secara garis besar aliran-aliran yang sempat muncul adalah ada dua, yakni aliran rasionalis dan empiris. Dan sebagian darinya telah lenyap. Dari kaum rasionalis muncul Descartes, Imanuel Kant, Hegel dan lain-lain. Dan dari kaum empiris adalah Auguste Comte dengan Positivismenya, Wiliam James dengan Pragmatismenya, Francis Bacon dengan Sensualismenya.
Berbeda dengan barat, di dunia Islam tidak terjadi ledakan seperti itu, karena dalam Islam agama dan ilmu pengetahuan berjalan seiring dan berdampingan, meskipun terdapat beberapa friksi antara agama dan ilmu, tetapi itu sangat sedikit dan terjadi karena interpretasi dari teks agama yang terlalu dini. Namun secara keseluruhan agama dan ilmu saling mendukung. Malah tidak sedikit dari ulama Islam, juga sebagai ilmuwan seperti : Ibnu Sina, al Farabi, Jabir bin al Hayyan, al Khawarizmi, Syekh al Thusi dan yang lainnya. Oleh karena itu, ledakan intelektual dalam Islam tidak terjadi. Perkembangan ilmu di dunia Islam relatif stabil dan tenang.
Selain itu, pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat dicerap melalui pancaindera. Pengetahuan tidak dapat dikategorikan ilmu, karena hanya bertolak dari pengamatan subjektif manusi tentang realita. Pengetahuan yang tersusun dalam kesan inderawi dapat bersifat potensial dan aktual. Oleh karena itu setiap individu memiliki pengetahuan yang berbeda-beda. Pengetahuan tidak terbatas hanya pada hal-hal yang kasat mata, melainkan mencakup pula hal-hal yang abstrak, bahkan yang bersifat transendental atau supranatural. Pengetahuan tidak dapat dikategorikan sebagai ilmu, selain karena induksi yang ada dalam pengetahuan itu lebih cenderung sebagai proses penalaran dan pengalaman pribadi seseorang dalam menafsirkan, mengkontemplasikan, merumuskan dan menyimpulkan realitas. Pengetahuan telah ada sejak manusia lahir yang tidak dapat dibatasi secara kontekstual. Perbedaan pengetahuan adalah sama jamaknya dengan perbedaan setiap manusia. Pengetahuan seorang sufi tentunya tidak sama dengan pengetahuan seorang dosen Filsafat Theologi. Kesamaan dapat terjadi, hanya pada konteks yang terbatas karena antara Sufi dan Theolog bertolak dari perbedaan prinsipil tentang pemahaman akan keyakinan religius. Meskipun mungkin keduanya meyakini bahwa Tuhan itu Maha Kuasa dan dirinya adalah fakta tentang Kemahakuasaan itu. Pengetahuan seorang anak balita tentu saja tidak dapat dikategorikan sebagai ilmu, karena apa yang ada dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya itu belum teruji kebenarannya.


Ada empat cara manusia memperoleh pengetahuan, yakni :
1. Kejadian secara kebetulan (ditemukannya Kina sebagai obat anti Malaria).
2. dengan metode Trial dan Error
3. Dengan latihan dan kebiasaan yang diulang-ulang
4. Dengan merujuk pada pendapat ahli.
Dari perbedaan ilmu dengan pengetahuan bahwa pengetahun adalah keseluruhan pengetahuan yang tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik.
Contoh : Lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar dan ditempat lain yang belum tersusun dengan baik.
Jadi yang dimaksudkan pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs) takhyul (supertitions). Adalah sangat penting untuk diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideals), oleh karena itu tidak semua pikiran merupakan pengetahuan dan tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang bisa merupakan ilmu pengetahuan. Tujuan ilmu pengetahuan adalah lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan.


II. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN SEJAK MANUSIA PERTAMA.

Manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Usaha mula-mula dibidang ke ilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah yang dilakukan oleh Bangsa Mesir dimana banjir sungai Nil yang terjadi setiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya sistem Almanak Geometri dan kegiatan Survey. Setelah ini muncul bangsa Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian Ilmu dimana mereka meastronomi, kedokteran dan sistim klasifikasi, namun juga menjadi dasar bagi penjabaran secara induktif pengalaman-pengalaman.
a. Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah organisasi pengetahuan yang sistematik yang terkontrol, digali berdasarkan fakta-fakta dan pengalaman empirik yang dapat diuji kebenarannya.
b. Ada Empat Cara Manusia memperoleh Ilmu Pengetahuan, Yakni :
1. Dengan Metode keteguhan atau berpegang teguh pada yang ada.
2. Dengan merujuk pada pendapat ahli (metode otoritis)
3. Dengan intuisi atau keyakinan
4. Dengan metode ilmiah
Ilmu Pengetahuan itu ditegakkan di atas empat kaidah, yakni :
ORDE : artinya Ilmu Pengetahuan itu dibangun berdasarkan hukum-hukum yang berlaku umum. Ilmu selalu berlandaskan pada hukum probalitas, bukan pada keserampangan.
DETERMINSIME : artinya Ilmu Pengetahuan itu percaya bahwa setiap peristiwa mempunyai sebab atau preseden (pendahuluan) yang dapat diselidiki
KESEDERHANAAN : artinya Ilmu Pengetahuan itu lebih menyukai penjelasan yang sederhana dari pada penjelasan yang kompleks bila keduanya sama-sama menjelaskan fakta.
EMPIRISME : artinya kesimpulan-kesimpulan Ilmu Pengetahuan haruslah didasarkan pada pengalaman yang dapat diamati. Pengalaman mistik tidak dapat dikatakan ilmiah, karena sifatnya yang individual dan sukar diulangi oleh orang lain pada tempat, waktu dan cara yang sama.
c. Apakah Ilmu Pengetahuan (Science)
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang sadar. Kesadaran manusia itu dapat disimpulkan dari kemampuannya untuk berpikir, berkehendak dan merasa. Dengan pikirannya mendapatkan (ilmu) pengetahuan. Secara pendek dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya.
Pada hakikatnya ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu timbul oleh banyaknya aspek kehidupan yang masih gelap, dan manusia ingin mengetahui kebenaran dari kegelapan tersebut. Dalam usahanya untuk mencapai kebenaran tersebut manusia selalu mengadakan penelitian secara ilmiah. Penelitian secara ilmiah dilakukan manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf keilmuan, yang disertai dengan keyakinan bahwa setiap gejala dapat ditelaah dan dicari sebab akibatnya.
Selanjutnya, ilmu pengetahuan tersebut harus dapat dikemukakan dan diketahuioleh umum sehingga dapat diperiksa dan ditelaah oleh umum yang berbeda fahamnya dengan ilmu pengetahuan yang dikemukakan. Seorang ilmuwan (scietist) selalu harus menjelaskan segala pengetahuannya dengan jujur, rahasia perbuatannya tidak boleh disembunyikan ilmu pengetahuan bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan memahami segala segi kehidupan ini. Dari sudut penerapannya, maka ilmu pengetahuan dibedakan antara lain ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan yang diterapkan (applied science). Ilmu pengetahuan murni bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, dan ilmu pengetahuan yang diterapkan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut di dalam masyarakat yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Selain dari itu, maka dapat pula dibedakan antara ilmu-ilmu yang teoritis rasional, teoritis praktis maupun teoritis empiris. Salah satu cara untuk memperoleh kerakteristiksuatu ilmu pengetahuan adalah dengan cara melukiskannya secara kongkrit.
Kiranya jelas sekali betapa luasnya ilmu pengetahuan itu. Permasalahannya adalah, kapan metode ilmiah berkembang?. Perjalanan ilmu pengetahuan modern tidak seperti perkiraan kita.



III. PERKEMBANGAN TERBENTUKNYA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

a. Teknologi
Teknologi adalah setiap implementasi ilmiah yang ditujukan pada proses kombinasi peralatan dan metode guna merumuskan makna praktis atas realitas. Atau dengan kata lain setiap upaya sistematik yang bertujuan meningkatkan efisiensi penggunaan semua sumber daya melalui kombinasi pengetahuan ilmiah yang ditunjang dengan perangkat peralatan (hardware and software). Setiap teknologi selalu membawa makna simbolik tentang keunggulan, efisiensi dan efektifitas. Makna tersebut teruji berdasarkan hipotesis, yang berimplikasi terhadap kemungkinan terjadinya inovasi baru untuk tujuan-tujuan praktis dan nilai guna bagi manusia. Secara sederhana tehknologi dapat dirumuskan dalam pengertian setiap upaya manusia yang mempergunakan peralatan-peralatan untuk kepentingan praktis, bukan untuk kepentingan teoritik dalam rangka peningkatan hasil akhir.
Jika kita mengikuti jalan pikiran Hull yang diangkat atau dinyatakan oleh Muhammad dan Rasyunan bahwa perjalanan ilmu dapat dibagi menjadi periode tujuh abad, seperti pembahasan berikut :
b. Sejarah Iptek
1. Tujuh Abad Pertama (samapi 6 abad SM)
Periode ini didominasi oleh filosof Yunani, salah seorang tokoh besar yang terkenal seperti Thales (640-545 SM). Dia seorang ahli matematika, astronomi dan filsafat yang teorinya menyatakan bahwa ”segala sesuatu adalah air” pernyataan ini identik dengan sebuah ayat Al-Qur’an : ”kami menciptakan segala sesuatu yang hidup dari air, (Al-Anbiya : 30). Anaximandros (610-547 SM) seorang murid Thales, dengan pendapatnya yang terkenal adalah pencipta. Phytagoras (lahir 570 SM) meletakkan dasar Geometri ddan Aritmetika dengan moral agama dan mistisisme. Empledocles dikenal sebagai pendiri dasar fisika dan biologi, sedangkan teori atom berasal dari Liucippus dan Democritus. Socrates (399 SM) adalah filsuf yang sangat terpengaruh oleh salah satu tulisan yang ada di kuil Delta yang mengatakan ” dengan kesadaran akan diri kamu sendiri, kamu akan mengenal diri sendiri,” sebuah pendapat yang hampir sama dengan pepatah arab ”kenalilah dirimu, niscaya kamu akan mengenal Tuhanmu,” Plato (427-384 SM) adalah murid socrates. Dia melanjutkan filosofi gurunya, perbedaannya adalah jika Socrates berpendapat bahwa jiwa manusia bersama dengan kebenaran , tetapi Plato berpendapat bahwa kebenaran hanya bersama manusia saja. Hampir semua pendapat diatas sebenarnya merupakan gambaran perkembangan kemampuan intelektual manusia dalam mencari kebenaran dan ini menjadi ilmu khusus yang berkembang di Yunani pada waktu itu, yaitu dengan menggunakan metode Filsafat.
Filsafat biasanya dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang umum. Pythagoras menyatakan dirinya sebagai orang yang cinta kebijaksanaan, karena ”Philem” (bahasa yunani) adalah cinta dan ”Sophia” merupakan kebijaksanaan. Filsafat dicari untuk kebijaksanaan dan kebijaksanaan dicarikan. Asal-usul filsafat merupakan penjelasan rasional secara umumnya. Prinsip-prinsip atau asas-asas yang dijelaskan terhadap semua fakta adalah filsafat. Dengan demikian, walau filsafat adalah induk pengetahuan, filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan.
Seorang ahli filsafat Yunani kuno bernama Zeno dari Elea hidup di Italia selatan sekitar tahun 495 sampai sekitar 430 SM. Ia membuat serangkaian pernyataan yang dikenal dengan ”Paradoks Zeno” yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa pengertian manusia akan gerak dan waktu tak mencukupi. Paradoks Zeno memperhatikan hubungan antara ruang dan waktu.teka-tekinya yang paling masyhur ”membuktikan” bahwa kura-kura tak akan terlampaui oleh pelari, bahkan oleh pelari yang paling cepat dalam perlombaan sekalipun. Ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa yang lebih lambang tidak akan dilewati oleh yang lebih cepat dalam suatu perlombaan. Penalaran yang sama mengemukakan bahwa serdadu dapat selalu mendahului anak panah yang melesat dibelakangnya. Paradoks ”anak panah” Zeno berusaha membuktikan bahwa benda yang bergerak sebenarnya tetap berada di tempatnya. Teka-teki ini tergantung pada khayalan bahwa kita dapat menghentikan gerakan itu kapan kita mau.
2. Tujuh Abad Ke-dua (6 abad SM samapai abad 6 SM)
Pada abad ini penguasa Romawi mengembanakan agama Kristen. Terjadi pertempuran sengit antara ajaran kristen dengan filsafat yang dimenangkan oleh Kristen. Hal ini menyebabkan terjadinya kekakuan dan kemunduran ilmu pengetahuan. Kondisi ini didukung oleh penguasa Romawi yang menindas kebebasan berpikir, yang dianggap membahayakan kekuasaan mereka. Terjadinya kerjasama antara gereja dengan penguasa mengakibatkan ilmu pengetahuan mencapai suatu titik kekakuan atau kemandekan dengan titik terendah terjadi pada abad ke 4 sampai ke 5 M.
Awal berkembangnya agama Kristen pada abad pertama, sudah ada pemikiran-pemikiran Kristiani yang menolak filsafat Yunani. Mereka berpendapat bahwa setelah Allah memberikan wahyu kepada manusia, maka mempelajari filsafat yunani yang non Kristen dan non Yahudi adalah sia-sia dan berbahaya. Salah seorang pemukanya adalah Tertulianus (160-222). Tetapi pemikiran-pemikiran Kristen lain ada juga mempelajari filsafat Yunani, a.l. Yustinus Martir, Klemens (150-215), Gregorius dll. Gregorius dan Nyssa (335-394) menciptakan suatu sintesa antara agama Kristen dengan kebudayaan Hellenistik (filsafat Yunani), tanpa mengorbangkan apapun dari kebenaran agama kristen. Tetapi ada juga karangan-karangan yang diduga ditulis oleh Dionysios yang berbau neoplatonis.
Bapak gereja yang terkenal pada zaman itu adalah Augustinus (354-430). Ia menulis a.l. ”Confesiones” (pengakuan-pengakuan), ”De Civitate” (Kota Allah). Augustinus diakui sebagai Bapak Gereja yang besar oleh orang-orang Katolik Roma maupun orang-orang Protestan.
3. Tujuh abad ketiga (abad ke 6 M sampai ke 13 M).
Periode ini dikenal sebagai abad kejayaan Islam. Terdapat imam dan intelektual yang muncul dan juga perasaan persaudaraan yang kuat. Tidak menherangkan, hanya dalam periode satu abad saja Islam sudah mampu menciptakan suatu revolusi kebudayaan dan sosial (akidah) dalam hampir semua bagian di dunia terutama di Zaman Khulafaur Rasyidin. Hasilnya adalah sumbangan pemikiran dan kitab hhukum melalui para pemikir, seperti Imam Hanafi (699-767 M), Imam Malik (712-798 M), Imam Syafi’i (767-820 M), dan Ahmad Ibnu Hambal (780-855 M). Setelah itu, ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat, diantaranya fisika optik dan teori oleh Al Hasam (1000 M), ilmu kedokteran dengan buku yang terkenal Al-Qanum Fit Thibb oleh Ibnu Sina (980-1036 M).

Filsafat Islam, meskipun mengalami gerhana pada abad ke-5 H/11M di Persia dan negeri-negeri Islam Timur lainnya akibat serangan Syahrastani, Al-Ghasali, dan Fakhruddin Al-Rasi, tidaklah sekedar Hijraj ke Spanyol dan menikmati musim semi yang singkat ditangan Ibnu Bajah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd dan akhirnya mati mengering di ujung Barat Dunia Islam. Filsafat Ibnu Sina dihidupkan kembali oleh Nashiruddin Thusi dan kelompoknya di abad ke-7 H/13 M, sementara dua generasi sebelumnya suatu perspektif intelektual yang baru mulai diperkenalkan oleh Syuhrawardi yang menamai Mazhab Pencerahan (isyraq). Lenih lanjut, ” Sains Mistisisme” atau ”Irfan (gnosis) terumuskan kira-kira pada waktu yang bersamaan oleh Ibnu ’Arabi dan segera mulai berinteraksi dengan cara yang sangat kreatif dengan tradisi filsafat islam maupun teologi atau kalam yang saat itu telah menjadi semakin ”filosofis”.
Kini tidak bisa menutup mata untuk menutup-nutupi kelemahan kita, bahwa umat islam sekarang jauh tertinggal dengan dunia barat dibidang sains dan teknologi. Padahal kita sendiri sadar, bahwa khasanah intelektual itu telah ditumbuh suburkan oleh para pendahulu kita, sejak beberapa abad yang silam. Banyak ahli sejarah membuktikan, bahwa kemunduran umat islam itu karena dua faktor : eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah, karena kekalahan umat isalam dalam perang salib dan faktor internalnya adalah semakin memudarnya tali persaudaraan umat dan munculnya fanatisme golongan.
Seperti yang disorot oleh Sykib Arselan dalam bukunya Limadza Taakhar Al-Muslimun Wa Taqaddama Ghairuhum, bahwa kemunduran umat islam di samping karena faktor eksternal juga karena adanya faktor internal, yaitu hancurnya kesatuan dan persatuan antar umat islam, munculnya konservatismedan acuh tak acuhnya terhadap sains modern yang merupakan warisan intelektual islam. Oleh sebab itu menurutnya, perlu dibangkitkan ukhuwah islamiyah dan jihad serta ijtihad.
4. Tujuh abad ke-empat (abad ke 13 sampai sekarang)
Setelah umat islam mencapai puncak kejayaan peradaban, siklus sejarah kembali berulang. Dalam tiga abad pertama terjadi penerjemahan buku-buku islam ke peradaban barat, yang diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa eropa, di samping transper buku-buku ilmu pengetahuan yang dikenalkan oleh Roger Bacon dan dilanjutkan oleh Francis Bacon (1561-1626 M) yang menekankan kesamaan pengamatan. Pada waktu metodologi ini dikenal di Eropa masyarakat Eropa masih dalam ”Abad Kegelapan” yang berpegang pada pemahaman ”Generatio Spontanea”. Pendapat pertama mengatakan bahwa cacing dan belatung berasal dari keju, tikus dari sampah dan lain-lain. Pendapat ini dijungkir balikkan sedikit demi sedikit oleh metodologi penelitian.
Orang yang memulai penelitian ini adalah Fransisco Redi yang menunjukkan bahwa daging yang ditutup dengan penutup sehingga tidak dihinggapi lalat kemudian membusuk akan tidak mengeluarkan belatung. Diikuti peneliti Italia yang lain, spallanzani (1175 M) membuktikan bahwa daging yang sudah di masak dan diletakkan dalam botol dan ditutup rapat sehingga tidak terkontaminasi oleh udara, tidak akan membusuk penelitian-penelitian ini menjungkir-balikkan teori Generatio Spantanea dan muncullah teori ke dua, ” Omne vivum ex ovum” (bahwa setiap kehidupan berasal dari telur). Walaupun sebenarnya teori ini dapat dihancurkan dengan satu pertanyaan : ”Jika segala sesuatu berasal dari telur, dari mana datangnya telur pertama.” Realisasi ini menghambat kemajuan ilmu pengetahuan eropa. Tetapi berkat interaksi kebudayaan eropa dengan peradaban islam, terjadi revolusi besar-besaran di eropa seperti renaissance pada abad ke-17 dan pencerahan pada abad ke-18.
Kebangkitan Eropa dimulai dengan penemuan sel dan hewan bersel satu oleh Louis Pasteur, seperti protozoa dan bakteri, Charles Darwin mengetahkan teori evolusi melalaui seleksi alam yang ditulis alam buku asal-usul spesies, pada tahun 1859. setelah penemuan-penemuan di atas, eropa maju lebih cepat dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan terutama dalam bidang fisika, kimia dan matematika. Salah satu ilmuwan yang terkenal adalah Albert Einstein (1879-1955).
Albert Einstein terkenal berkat teori ”Relativitasnya”, teori khusus tentang realitivitas membuat berbagai ramalan yang aneh sehingga banyak yang tidak dapat percaya bahwa teori ini benar adanya. Mereka lebih percaya pada pandangan ”akal sehat” Newton yang berlandaskan pengalaman sehari-hari tentang dunia. Mereka lebih mengira bahwa gagasan Einstin hanyalah ”sekedar teori”. Teori khusus tentang relativitas ini telah diuji berulang kali, dan hasilnya selalu menunjukkan bahwa Einstein benar dan akal sehat salah. Bagian-bagian teori khusus bertentangan dengan akal sehat ini hanya terlihat pada kecepatan yang berupa pecahan besar dari kecepatan cahaya., atau dengan perkataan lain mendekati kecepatan cahaya. Karena kita pernah melakukan perjalan dengan kecepatan itu, pengaruhnya tak pernah terlihat, jika pengaruh itu terlihat, akan menjadi akal sehat. Setelah memunculkan teori khusus tentang relativitas, Einstein menghabiskan waktu 10 tahun lagi untuk membenahi teori umum yaitu teori Gravitasi. Teori ini merupakan adi karyanya sebuah teori gravitasi sempurna dan seperti terbukti kemudian, sebuah teori gravitasi sempurna tentang Alam Semesta.





ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka untuk itu perlu berusaha atau mendapatkan informasi dan dapat mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung sejak manusia pertama (Adam) diciptakan.
Melihat perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita miliki sekarang dapat difungsikan dan dimanfaatkan seperti apa yang dilakukan para Utusan Allah.
Dengan teknologi yang ada maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan dan teknologi dapat digunakan dan dimanfaatkan sesuai dengan perkembangan jaman sekarang.



BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
1. Gambaran manusia pertama mulai mengenal pengetahuan yaitu saat Adam diturunkan Allah ke bumi dan menjadi Khalifa pertama diatas permukaan bumi. Peradaban manusia telah di mulai. Adam sebagai Bapak manusia pertama telah mulai mengenal pengetahuan walaupun masih didampingi para malaikat.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan sejak manusia pertama ada. sejak kelahiran Islam, ketika Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul dan menerima wahyu pertama diperintahkan kepadanya ”membaca” dengan menyebut nama Tuhanmu. Dan pada saat manusia purba menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia.
3. Terbentuknya Ilmu Pengetahuan dan teknologi dimasa para utusan Allah yaitu ketika Nabi Nuh mengembangkan dalam bentuk teknologi perahu yang sama dengan Super Tangker atau Kapal Induk pada masa sekarang. Dan penggunaan sumber daya melalui pengetahuan Ilmiah serta upaya manusia mempergunakan peralatan untuk kepentingan praktis.





B. Saran
1. Akal manusia adalah Anugrah Allah yang diberikan kiranya dapat dipakai mengembangkan ilmu pengetahuan seperti Allah memberikan amanah kepada kepada Adam diawal mengenal pengetahuan.
2. Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan kiranya dapat memakai akal dalam menggunakan metode ilmiah yang bermanfaat untuk kemanusiaan.
3. Hendaknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menggunakan sumberdaya melalui pengetahuan ilmiah yang merupakan alat pemberian Allah digunakan dengan baik tidak untuk mengkritik Firman Allah.


DAFTAR PUSTAKA



1. Rohadi, Abdul Fattah. 1994. Ilmu dan Teknologi dalam Islam, Jakarta : PT. Bhinneka Cipta.
2. Jujun. S. Suriasumantri. 1997. Ilmu dalam perspektif, Jakarta : Yayasan Abar Indonesia.
3. Dikdasmen, Depdiknas.2001. Jendela Iptek (Ruang dan Waktu). Jakarat : Balai
4. Zainuddin, M. 2002. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. Jakarta.
5. Agustami. 2002. Keseimbangan Peningkatan Imtak dengan Penguasaan Iptek. Jakarat : Dian Ariesta.
6. Amsal Bahtiar. 2004. Filsafat Ilmu, Jakarat : PT. Raja Grafindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar