Writted by :
MUHSYANUR, S.Pd
(Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar 2010)
Pendidikan
adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan
secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah
manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah Yang
Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Ahmad D. Marimba mengatakan
bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik
terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Dalam tujuan Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan ditujukan untuk menghasilkan
manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 2
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos
kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani
dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat
kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa,
menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Pendidikan
tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk
kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990. Selain pendidikan
dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga
diperuntukkan guna pembinaan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Pendidikan
Pendidikan
dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua
untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta
keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan
fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.
Filsafat
dalam pendidikan (filsafat pendidikan) digunakan untuk memecahkan
problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya dan
digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.
Beberapa masalah pendidikan yang memerlukan filsafat, yaitu :
1. Masalah pertama dan yang mendasar ialah tentang hakikat pendidikan.
Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia. Adalah merupakan hakikat hidup dan kehidupan.
Apakah hakikat manusia itu dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia?
2. Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia?
Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian manusia?
Apakah ada faktor yang dari luar dan lingkungan, tetapi tidak berkembang dengan baik?
3. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu?
Apakah pendidikan itu untuk individu atau untuk kepentingan masyarakat?
Apakah pembinaan itu untuk dan demi kehidupan riil dan material di dunia ataukah untuk kehidupan di akhirat kelak?
4. Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab atas pendidikan?
Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah terhadap pendidikan?
5. Apakah hakikat kepribadian manusia itu?
Manakah
yang lebih untuk dididik; akal, perasaan, atau kemauannya, pendidikan
jasmani atau mentalnya, pendidikan skill ataukah intelektualnya atau
kesemuanya itu?
6. Apakah hakikat masyarakat dan bagaimana
kedudukan individu dalam masyarakat? Apakah individu itu independen,
ataukah dependen dalam masyarakat?
7. Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal?
Apakah kurikulum itu mengutamakan pembinaan kepribadian?
8. Bagaimana metoda pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal?
Bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek sosial paedagogis lainnya?
9.
Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, apakah
sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi, apakah oleh Negara,
ataukah swasta?
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dijawab dengan analisa filsafat sebagai berikut :
1.
Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan
hakikat hidup dan kehidupan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk
Allah yang dibekali dengan berbagai kelebihan, di antaranya kemampuan
berfikir, kemampuan berperasaan, kemampuan mencari kebenaran, dan
kemampuan lainnya. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang
apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan. Allah SWT dengan jelas
memerintahkan kita untuk “IQRO” dalam surat Al-Alaq yang merupakan
kalamullah pertama pada Rosulullah SAW. Iqro di sini tidak bisa
diartikan secara sempit sebagai “bacalah”, tetapi dalam arti luas agar
manusia menggunakan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah
Allah SWT berikan sebagai khalifah fil ardl. Sehingga pendidikan
merupakan sarana untuk melaksanakan dan perwujudan tugas manusia sebagai
utusan Allah di bumi ini.
Pendidikan adalah proses penyesuian
diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama
manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari
semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk
kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk
kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai
tujuan akhir.
2. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian
manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga
di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan
tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota
kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Sejak
dahulu, disepakati bahwa dalam pribadi individu tumbuh atas dua
kekuatan yaitu : kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki
Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor dasar” dan kekuatan
dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan
istilah “faktor ajar”.
Teori konvergensi yang berpendapat bahwa
kemampuan dasar dan faktor dari luar saling memberi pengaruh, kedua
kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Si pribadi terpengaruh
lingkungan, dan lingkungan pun diubah oleh si pribadi. Faktor-faktor
intern (dari dalam) berkembang dan hasil perkembangannya digunakan untuk
mengembangkan pribadi di lingkungan. Factor dari luar dan lingkungan
kadang tidak berkembang dengan baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh
oleh hal-hal negatif yang timbul dari luar dirinya.
3. Pendidikan
adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan
secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah
manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha
Pencipta sebagai tujuan akhir.
Secara sederhana Ahmad D. Marimba
mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si
pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.Tujuan Pendidikan Nasional
adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan
jelas dalam UU No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN 1993,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas,
kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung
jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik,
cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial,
kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan
berorientasi pada masa depan.
Pendidikan tidak hanya untuk
kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam
UUSPN dan PP No 29 Tahun 1990. selain pendidikan dipusatkan untuk
membina kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna
pembinaan masyarakat. Berikut adalah penjelasannya :
a.
Pengembangan kehidupan sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya
untuk: 1) memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan, 2) membiasakan untuk
berprilaku yang baik, 3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, 5) memberikan kemampuan
untuk belajar, dan membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.
b.
Pengembangan kehidupan sebagai anggota masyarakat :1) memperkuat
kesadaran hidup beragama dalam masyarakat, 2) menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam lingkungan hidup, 3) memberikan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Pengembangan kehidupan sebagai warga Negara
mencakup upaya untuk : 1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan hak
dan kewajiban sebagai warga Negara RI, 2) menanamkan rasa ikut
bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan Negara, 3) memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
d. Pengembangan kehidupan
sebagai umat manusia mencakup upaya untuk : 1) meningkatkan harga diri
sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, 2) meningkatkan kesadaran
tentang HAM, 3) memberikan pengertian tentang ketertiban dunia, 4)
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa, 5)
mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.
Pembinaan tersebut pada dasarnya dipersiapkan untuk kehidupan riil dan material di dunia serta kehidupan di akhirat kelak.
4.
Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni
keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai
lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat
berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam
pendidikan.
Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan
kepribadian anak. Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia, secara
kodrat bertugas mendidik anak. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di keluarga
akan sangat membekas dalam diri individu setelah individu makin tumbuh
berkembang. Selanjutnya pengaruh dari sekolah dan masyarakat yang akan
tertanam dalam diri anak.
5. Kata kepribadian berasal dari kata
personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa
Latin yang berarti kedok/ topeng) yang maksudnya menggambarkan perilaku,
watak/ pribadi seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat
ciri-ciri yang khas yang dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam
arti kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik.
Kepribadian
adalah suatu totalitas psikophisis yang kompleks dari individu sehingga
nampak di dalam tingkah lakunya yang unik. Hal-hal yang ada pada diri
individu atau pribadi manusia pada dasarnya harus mendapatkan
pendidikan, yakni akal, perasaan, kemauan, pendidikan jasmani atau
mental, kemampuan atau keterampilan, serta intelektualnya. Semua hal
tersebut dididik guna mencapai kepribadian yang baik.
6.
Masyarakat merupakan tempat kedua bagi individu dalam berinteraksi.
Karena keluarga terdapat dan berkumpul dalam suatu masyarakat. Secara
sadar atau tidak keadaan masyarakat cukup memberi pengaruh kepada
kepribadian seseorang. Kedudukan individu dalam masyarakat merupakan
kondisi atau situasi yang tidak dapat dihindari karena individu juga
merupakan makhluk social yang pasti membutuhkan manusia lain dalam
hidupnya. Artinya, individu itu dependen dalam masyarakat.
7.
Kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal adalah kurikulum
yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Kurikulum menekankan
pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal. Pembinaan
kepribadian merupakan kajian utama kurikulum. Materi program berupa
kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi
berprestasi, kemampuan pemecahan masalah perumusan tujuan, perencanaan,
efektifitas, hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi,
keefektifan lintas budaya, dan perilaku yang bertanggung jawab.
8.
Metode pendidikan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan
pendidikan yang ideal. Metode yang tepat jika mengandung nilai-nilai
intrinsik dan ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara
fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang
terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Guru sebagai pendidik
mempunyai tanggung jawab untuk memilih, menggunakan dan memberikan
metode yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang tercantum
dalam kurikulum. Kepemimpinan dan pengaturan aspek-aspek paedagogis
harus dilakukan para pelaku pendidikan guna memperlancar proses
tercapainya tujuan pendidikan yang ideal.
9. Pengertian-pengertian :
a. Sentralisasi, yaitu wewenang mengenai segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan diatur oleh pemerintah pusat.
b.
Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dan pemerintah
kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c.
Otonomi Daerah, yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan pengamatan penyusun, asas
penyelenggaraan pendidikan yang baik yaitu dengan otonomi, yakni segala
sesuatu yang berhubungan dengan terselenggaranya proses pendidikan
diatur dan dilaksanakan oleh daerah otonom berdasarkan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat, sehingga
kelak para pelaku pendidikan mampu mengembangkan segala kompetensi di
daerah tempat mereka hidup.BAB III
PENUTUP
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing.
Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak.
PENUTUP
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing.
Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar